Berita Frozen food Indonesia
Produk frozen food Indonesia memiliki prospek bagus namun daya saingnya masih rendah
ILUSTRASI. Pabrik pengolahan makanan di PT Kelola Mina Laut Food
<p>KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengatakan posisi daya saing industri makanan dan minuman Indonesia tahun ini (2017-2018) berdasarkan Global Competitiveness Index (GCI) mengalami peningkatan dengan posisi ranking 36 dari sebelumnya 41 (2016-2017).
Di Asean, Adhy mengakui daya saing Indonesia masih kalah dibandingkan dengan Singapura, Thailand dan Malaysia. “Kami ingin pemerintah agar memberikan insentif bagi perusahaan yang telah memperkuat daya saing dengan memanfaatkan dan mengolah bahan mentah sebagai industri intermediate dan bernilai tambah,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (18/2).
Dari sekian banyak sektor makanan dan minuman, industri makanan beku (frozen food) yang berasal dari laut dinilai punya prospek yang baik. “Pertumbuhan frozen food ini seiring dengan prospek industri makanan dan minuman secara keseluruhan yang pertumbuhannya semakin meningkat,” kata Adhi.
Salah satu produsen frozen food, PT Kelola Mina Laut (KML) Food mengungkapkan potensi industrinya masih sangat besar, namun secara daya saing dibandingkan negara Asia lainnya masih kalah.
“Persoalannya, Indonesia sulit untuk meningkatkan global chain karena banyak perusahaan frozen food yang tidak memiliki jaringan pasar di luar negeri, suplai produk tidak bisa berkelanjutan, kondisi branding dan marketing yang lemah, belum memiliki manajemen bahan baku yang sifatnya musiman,” tutur Mohammad Nadjikh, Presiden Direktur PT KML Food kepada Kontan.co.id, Minggu (18/2).
Sebenarnya Indonesia sebagai negara kelautan dengan pantai terpanjang nomor dua di dunia, memiliki ragam ikan tropis. Menurut Nadjikh negara ini punya prospek besar sebagai produsen potensial frozen food dunia.
Nadjikh menambahkan, berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), volume tangkapan laut pada semester I Tahun 2017 saja mencapai 3,35 juta ton, atau naik 11,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,01 juta ton. Jenis tangkapan laut tersebut adalah udang, ikan, rajungan, kepiting dan cumi-cumi.
Adapun produksi KML Food meliputi produk olahan beku crabstick, fishcake, salmon, tuna, rajungan dan takoyaki. Adapu total kapasitas produksi perusahaan mencapai 103.000 ton per tahunnya, dengan 85% tujuan pasar ialah ekspor.
Masih terus diragukan tapi malah membawa untung.
</p>Kendati begitu, PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR) yang bergerak di frozen food rajungan (kepiting) mengungkapkan bahwa produk frozen food Indonesia cukup diperhitungkan di luar negeri. “Produk kami saja banyak diekspor ke Amerika Serikat,” sebut Raditya Wardhana.
Perseroan ini mencatatkan penjualan ekspor hampir 95% di tahun 2017 lalu yakni 389 ton rajungan beku. “Kami masih fokus kembangkan frozen food di produk turunan dari rajungan ini,” ujar Raditya.
Rencananya tahun ini PCAR akan masuk pasar AS dengan menggunakan nama produk sendiri. Target produksi tahun ini pun ditingkatkan hampir dua kali lipat menjadi 960 ton